Sabtu, 22 Oktober 2011

TEKNOLOGI BIOPROSES


MEMBUAT MEDIA

Teori   :

Kelangsungan hidup organisme tergantung dari persediaan makanan yang cukup dan lingkungan yang memungkinkan untuk berkembang biak. Makanan yang kompleks ini terdegradasi secara enzimatik menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Suatu larutan yang mengandung nutrisi – nutrisi ini di sebut media kultur. Secara fisik media kultur terbagi dalam tiga bagian yaitu media cair (nutrient broth) media semi padat dan media padat (nutrien agar). Jika media cair di bubuhi agar – agar akan terbentuk media padat atau semi padat tergantng dari banyaknya agar – agar yang di tambahkan ke dalamnya. Untuk membentuk media padat, penambahan agar – agar 1,5 – 2 %, sedangkan untuk media semi padat penambahan agar – agar kurang dari 1%. Agar – agar mempunya sifat padat cair pada suhu 100 oC dan mulai beku pada suhu 40 oC. Sifat inilah yang medukung pertumbuhan mikroorganisme terutam yang dapat tumbuh pada 37 oC tanpa mengalami pencairan. Selain itu media agar mempunyai permukaan yang keras dan halus, sehingga dapat di gunakan untuk tekik isolasi koloni. Tujuan membuat media adalah untuk pemeliharaan kultur mikroorganisme, sehingga bila di perlukan selalu terssedia.

Alat – alat       :
Autokaf
Gelas kimia
Elemeyer
Tabung reaksi
Labu semprot
Pengaduk
Hot plate


Bahan – bahan          :
Aquadest
Bakto agar
Ekstrak toge
Glukosa
Kapas
Aluminum foil
Kasa
Benang
Cara kerja     :
1.      Timbang toge yang telah di bersihkan, dan di cuci bersih sebanyak 10 gram, tambahkan aquadest sampai 100 ml.
2.      Didihkan selama 20 menit, jika volume berkurang, tambahkan kembali aquadest.
3.      Saring, tambah glukosa sebanyak 2 gram dan bakto agar sebanyak 1,5 – 2 garm.
4.      panaskan sambil di aduk sampai mendidih.
5.      Masukkan kedalam tabung reaksi, tutup dengan sumbat kapas dan aluminium foil.
6.      Sterilkan.
7.      Untuk media cair, prosedur sama, hanya tidak usah di tambahkan bakto agar.
8.      Keluarkan tabung reaksi, dinginkan dengan cara di miringkan.
9.      Setelah beku, media agar miring siap digunakan.






STERILISASI
Teori   :
Ada beberapa macam sterilisasi, yaitu dengan menggunkan panas, saringan dan bahan kimia. Sterilisasi dengan menggunkan panas di bagi tiga bagian yaitu sterilisasi kering (suhu oven 160 oC (untuk bahan yang thermolabile separti gula, susu). Sedangkan untuk media yang thermostabile menggunkan tekanan uap pada suhu di atas 100 oC dan menggunakan alat Autoklaf.
Sterilisasi dengan bahan kimia misanya dengan ethylene oxide, sedangkan sterilisasi dengan sringan misalnya Millipore filter. Tujuan sterilisasi supaya bahan – bahan dan alat yang digunakan tidak mengandung mikroorganisme. Dalam praktikum ini, sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi basah.

Alat – alat       :
Tabung reaksi
Pinggan petri
Autoklaf
Erlemeyer

Bahan – bahan          :
Media agar dalam tabung reaksi
Media cair dalam erlemeyer
Aluminium foil
Kapas
Kasa
Benang
Aquadest
Cara kerja     :
1.      Isi autoklaf dengan aquadest. Pasang stop kontak, atur suhu pada 121 oC.
2.      Setelah mendidih, masukkan alat – alat dan bahan yang akan di sterilkan.
3.      Tutup Autoklaf, tutup juga klep udaranya.
4.      Tunggu sampai jarum penunjuk mencapai 1 atm atau 15 psi. biarka selama 15 – 20 menit.
5.      setelah 15 menit, kembalikan suhu ke nol derajat, matikan autoklaf dan lepaskan stop kontak aliran listriknya.
6.      Tunggu sampai jarum penunjuk turun kembali ke posisi awal, buka klep udara, buka autoklaf.
7.      Keluarkan alat – alat dan media yang sudah steril. Dinginkan, siap di gunakan.




















ISOLASI BAKTERI PEMBENTUK ASAM LAKTAT (LAB) DARI SUMBER MAKANAN

Teori   :
Bakteri asam laktat (LAB) secara tradisonal di gunakan sebagai kultur starter pada fermentasi susu, sayuran dan daging. LAB memproduksi zat anti bakteri meliputi produk metabolit seperti asam organik, hidrogen peroksida dan diasetil. Selain itu LAB juga memproduksi zat anti bakteri yang di sebut dengan baktelocin.

Bahan – bahan          :
Sampel bahan makanan (dangke, tuak, yogurt, yakult).
Pepton water
Glukosa
Susu skim
Bakto agar
NaOH
Aguadest

Alat – alat       :
Cawan petri
Tabung reaksi
Gelas kimia
Kawat ose


Cara kerja     :
1.      Buat media agar petri dengan komposisi.
-          Pepton 5 gram.
-          Beef Extrac 3 gram.
-          Agar 2%
Dalam 1 liter, di sterilkan.
2.      Dibuat air pengencer dengan komposisi 0,1% pepton water di sterilkan.
3.      di timbang contoh 0,1 gram atau di pipet contoh 0,1 ml di masukkan sebanyak 0,1 ml ke dalam agar petri


 














4.   Diamati koloni yang terbentuk dan hitung jumlahnya X.


TEKNIK PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN MIKROBA
Teori   :
Salah satu cara dalam penyimpanan dan pemeliharaan mikroba adalah dengan cara Peremajaan Berkala. Peremajaan dengan cara memindahkan atau memperbaharui biakan mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala, misalnya sebulan sekali. Teknik ini meruakan cara paling tradisional yang di gunakan peneliti untuk memelihara koleksi isolat mikroorganisme di laboratorium. Cara ini juga di gunakan untuk penyimanan dan pemeliharaan isolat mikroorganisme yang belum di ketahui cara penyimpanan jangka panjangnya. Teknik ini memunyai berbagai macam kendala, di antaranya :
  1. kemungkinan terjadi perubahan genetik melalui seleksi varian.
  2. Peluang terjadinya kontaminasi.
  3. terjadi kekeliruan pemberian label.

Kendala tersebut memberi peluang yang lebih besar terjadinya kehilagan isolat di bandingkan dengan teknik lain. Meskipun demikian, banyak bakteri dan jamur yang dapat bertahan hidup dalam tabung agar miring yang tertutup rapat hingga sepuluh tahun atau lebih, baik didalam suhu ruang maupun kulkas.

Alat – alat       :
Pembakar spirtus
Kawat ose
Alat peyemprt alkohol
Kotak steril (ent-cas)
Korek api



Bahan – bahan          :
Alkohol  70%
Media agar miring steril dalam tabung reaksi
Kultur mikroba dalam media agar yang akan di remajakan

Cara kerja     :
  1. Kotak steril di semprot dengan alkohol 70%, tunggu beberapa saat agar alkohol menguap, bakar lampu spirtus di dalam kotak steril.
  2. Semprot kedua tangan dengan alkohol, kemudian masukkan media agar miring dan kultur mikroba ke dalam kotak steril (ent-cas).
  3. Kedua tabung yang berisi media agar miring steril dan biakan mikroba di pegang dengan tangan kiri diantara jari – jari yang menjulur dan ibu jari kemudian letaknya agak sedikit di renggangkan.
  4. Kawat ose dipegang dengan tangan kanan dan dipijarkan di atas nyala pembakar spirtus, kemudian dinginkan di udara (kawat ose jangan di letakka di meja).
  5. Sumbat kapas dari kedua tabung di buka dengan tangan kanan di himpit di antara jari – jari dan telapak tangan (jangan meletakkan sumbat kapas di atas meja) dan tabung di pegang dalam posisi horisontal (sedikit miring).
  6. Mulut tabung di bakar beberapa saat.
  7. sentuhkan kawat ose didalam koloni dan pindahkan (goreskan) ke dalam media agar miring steril secara zig – zag atau garis lurus.
  8. Mulut tabung di panaskan lagi beberapa saat, kemudian tutup kembali.
  9. Kawat ose di pijarakan kembali dan boleh diletakkan di atas meja.
  10. simpan di inkubator selama 48 jam.





PEMBUATAN YOGURT

Teori   :
Yogurt adalah salah satu produk olahan susu dengan menggunakan bakteri. Lactobasillus bulgarigus dan Streptococcus thermopilus. Yogurt mempunyai nilai gizi yang tinggi sesuai dengan bahan bakunya yaitu “ susu “. Nilai gizinya terutama terletak pada protein, lemak dan semua zat-zat didalam susu seperti asam laktat, vitamin-vitamin, garam-garam yang semuanya mudah diserap oleh tubuh setelah menjadi yogurt.
Bakteri Lactobasillus Bulgarigus dan Streptococcus thermopilus merubah protein menjadi asam amino dan gula laktosa menjadi asam laktat. Semua ini menghasilkan bahan yang lengkap dan sempurna disertai asam yang khas beraroma dan mudah dicerna/diserap oleh tubuh, yogurt mempunyai kemampuan stimulasi efektif terhadap fungsi lambung dan usus kecil. Dengan hadirnya Lactobasillus Bulgarigus dalam pencernaan, maka zat-zat yang mengandung racun akan berkurang berkat kereaktifan anti mikroorganisme dari Lactobasillus Bulgarigus. A.Bertholt menemukan khasiat bakteri L.Bulgaricus dalam menghambat pertumbuhan kuman meningococcus, bahkan sekaligus memusnahkannya. G.Hersehell dalam keterangannya telah mengemukakan suatu teori terapi yang efektif dimana yogurt baik sekali bagi orang yang susah buang air besar dan dapat mengobati penyakit dalam usus kecil.
Yogurt dapat dibuat dari susu segar murni yang diambil sebahagian lemaknya atau susu segar tanpa lemak. Susu segar terlebih dahulu dimasak untuk menguapkan airnya, hingga volumenya tinggal 2/3 bahagian dari volume semula. Dapat juga dibuat dari susu segar yang sudah ditambah 3% susu bubuk sehingga tidak perlu dimasak terlalu lama (selama 15 menit pada suhu 90 – 95 °C) atau dari susu bubuk yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 : 8 (berat) lalu dimasak selama 15 menit pada suhu 90°C.






Alat – alat       :
Panci
Kompor
Sendok
Erlemeyer
Refrigerator
Autoklaf
Kotak steril
Pipet ukur
Sendok
Korek api
Bahan – bahan          :
-          Bahan baku susu segar murni / susu murni + susu bubu / susu bubuk + air.
-          Kultur murni L.Bulgaricus dan S.Thermopilus di dalam mediu susu steril.
Cara kerja     :
1. Jika bahan susu cair murni :
-          masak susu hingga ¾ bagian, masukkan ke dalam wadah steril. Dingnkan sampai suhu kamar, siap di tambahkan starter. Jika tidak di uapkan sampai ¾ bagian.
-          Tambahkan 3 % susu bubuk lalu masak susu sampai medidih, dinginkan. Masukkan ke dalam botol. Siap di tambahkan starter.
2. Jika bahan baku susu Cair UHT :
-          susu langsung di masukkan ke dalam botol steril, tambahakan starter LB + ST (dalam media susu cair) dengan perbandingan 1:1, sebanyak 5 – 10 % volume susu.
3. Inkubasi pada suhu 40 – 45 oC selama 5 jam atau 24 jam pada suhu kamar, susu akan jadi kental sebagai tanda yoghurt telah terbentuk.
4. Masukkan yoghurt ke dalam refrigerator selama 24 jam, siap di konsumsi.
PEMBUATAN TEMPE
Teori   :
Tempe merupakan salah satu makanan dari hasil fermentasi kacang kedelai. Meskipun tidak bersifat untuk mengawetkannya, tetapi setidak – tidaknya dengan melakukan fermentasi kacang kedelai menjadi tempe, berarti tempe mempunyai nilai tambah, karena tempe lebih mudah di terima oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa. Dengan melakukan fermentasi kacang kedelai menjadi tempe berarti racun yang terdapat di dalam kacang kedelai akan musnah / berkurang, racun yang di maksud adalah antirypsir. Juga kelarutan zat – zat akan meningkat. Kandungan vitamin B12 dalam kacang kedelai relativ miskin, padahal di tinjau dari segi gizi itamin B12 sangat penting dalam pembentukan sel-sel darah merah dan pencegah penyakit anemia. Tetapi dengan terbentuknya tempe berarti telah meningkatkan viatamin B12 selama fermentasikan berlangsung yang sangat di perlukan oleh tubuh. Kapang yang di gunakan dalam pembuatan tempe adalah dari jenis Rhyzoposus Oryzae, Aspergilus Oryzae. Selama fermentasi berlangsung jenis-jenis mikroorganisme lain mungkin ikut tercampur. Fermentasi kapang hanya berlangsung aktiv + 1hari, setelah itu terbentuk spora yang berwarna putih kehitaman. Pada saat itu kesempatan petumbuhan di lakukan oleh jenis mikroorganisme lain , terutama bakteri yang dapat menimbulkan pembusukan, sehingga tempe harus segera di masak/dimakan sebelum pembusukan terjadi. Ada 3 faktor yang saling mempengaruhi selama proses fermentasi terhadap pertumbuhan kapang yaitu oksigen, kadar air dan temperatur. Untuk tumbuh kapang membutuhkan cukup oksigen, tetapi di timbulkan akan membunuhnya. Kadar air yang terlalu tinggi akan menghalangi diffusi oksigen dan karenanya menghambat pertumbuhan kapang. Difussi oksigen yang optimum. Dalam pembuatan tempe pembungkusan kedelai yang telah di beri laru / ragi tempe sebaiknya dibungkus dalam kain tetra yang berguna untuk mengatur kelembaban. Air yan berlebihan akan di serap oleh kain dan juga pambungkusan kain tetra berguna untuk mencegah penguapa air yang berlebihan. Terdapat beberapa galur (strain) Rhyzopus yang dapat di gunakan untuk membuat tempe antara lain Rhyzopus Stoloinifer, isolasi I berasal dari daun bunga hibiscus di Hindia Belanda pada tahun 1984 (sekarang Indosesia).
Rhyzopusarrhizus di gunakan di Belanda untuk menghasilkan tempe, kapang ini di isolasikan dari tanah di Texas oleh Dr.M.B Morrow pada tahun 1940, Strain ini telah di teliti secara ekstensif karena kemampuannya membentuk asam fumarat. Rhyzopus Oryzae di isolasi dari tempe. Rhyzopus Olgoporus di jumpai dalam tempe oleh Dr.K Boedjin pada tahun 1958 di Belanda Rhyzopus achlamyd sporus di isolasi dari tempe oleh takeda ( dari Jepang) di Semarang Indonesia.

Cara kerja     :
  1. Kacang kedelai di pilih yang bermutu baik lalu di bersihkan dan di cuci dengan air bersih.
  2. Kedelai di rebus sampai mendidih selama kurang lebih 0.5 jam, di rendam dalam air perebus selama 1 malam.
  3. Kulit air kedelai di buang / di kuliti, dan di rebus kembali dengan air baru dan bersih selama kurang lebih satu jam.
  4. Airnya di buang dan kacang  kedelainya di tumpahkan di atas tampah atau nyiru yang beralaskan daun pisang sambil di tiriskan sampai dingin sambil di aduk.
  5. Taburkan laru / ragi tempe secara merata di atas kacang kedelai denga alat yang di bersihkan (untuk 1 kg kacang kedelai di perlukan 1 gram serbuk ragi tempe).
  6. Bungkus dengan plastik atau daun pisang yang telah di tusuk – ditusuk dengan jarum layer.
  7. Simpan pada suhu kamar selama 2 hari (maksimum). Hindari dari jangkauan tikus dan semut juga bahan kimia.









VIRGIN COCONUT OIL (VICO)
Teori   :
Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni yang selain befungasi meggoreng makanan, juga berperan membantu mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya, mempebaiki pencernaan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah inveksi virus HIV dan SARS, serta membantu menurunkan berat badan. Selin itu dapat juga di gunakan sebagai campuran bahan kosmetik dan telah di gunakan pula sebagai campuaran pada susu formula bayi.
Melihat berbagai keunggulan VICO (minyak kelapa murni) di bandingkan dengan minyak sayur seperti kedelai dan jagung, masyarakat patutu kembali mempertimbangkan penggunaan minyak kelapa dalam menu hariannya.
Minyak kelapa yang memiliki asam lemak jenuh amat kuat menahan serangan oksidsi saat penggorengan sehingga tidak meyumbang radikal bebas, suatu senyawa yang amat berbahaya bagi kesehatan. Minyak kelapa juga tidak berperan sebagai sumber lemak trans (Trans fatty acid / TFA) sehingga aman di konsumsi karena tidak mengatrol kadar LDL dalam darah.
Yang menjadi masalah, amat sulit menghadirkan minyak kelapa murni di tengah makin maraknya berbagai jenis minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit, kedelai, jagung dan lain – lain. Meski dipasaran sudah di jual VICO yang di kemas amat menarik da higienis, tetapi harganya sangat mahal sehingga hanya masyarakat tertentu yang dapat membeli. Ada baiknya jika masyarakat luas dapat membutat VICO sendiri karena cara pembuatannya sangat sederhana da mudah.
Umumnya masyarakat mengenal pegolahan daging buah kelapa menjadi minyak melalui cara kering dan basah. Pengolahan cara kering, daging buah yang sudah di potong – potong di keringkan hingga di peroleh kopra, lalu di lakukan pengepresan hingga di dapat minyak. Teknik pengolahan ini biasanya di lakukan dalam skala besar (pabrik). Pengolahan cara basah, daging buah kelapa diparut, kemudian di campur dan di ekstrak dengan air panas (hangat) pada perbandingan tertentu.
Hasil ekstrak berupa emulsi minyak dalam air yang di sebut santan. Pemanasan di lakukan untuk memecah emulsi guna mendapatkan minyak. Kedua metode ini akan menghasilkan minyak yang berbau harum, tetapi warnanya kurang bening akibat penggunaan panas dalam proses pengolahan. Untuk memperoleh VICO, penggunaan panas di minimalkan atau sama sekali di hilangkan. Caranya adalah dengan menggunakan enzim secara langsung atau mikroba penghasil enzim tertentu untuk memecah protein yang berkaitan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak dapat terpisah secara baik.
Keuntungan pembuatan minyak secara fermentasi jika di bandingkan dengan proses lain adalah :
-          Kualitas minyak lebih baik.
-          Produksi minyak yang dihasilkan tidak perlu mengalami pemurnian sehingga dapat langsung dimanfaatkan.
-          Pemanfaatan energi cukup kecil.
Pemanfaatan mikroba pada proses fermentasi di maksudkan agar terjadi koagulasi protein penstabil emulsi santan. Proses koagulasi protein ini mengakibatkan membran tiis pecah dan minyak dapat di peroleh. Di samping itu mkroorganisme juga menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis makromolekul protein.
Prinsip pemecah lapisa tipis (membran protein) pada glubola minyak dapat terjadi dalam tiga cara:
  1. Menaikkan temperatur hingga protein rusak.
  2. Memberikan enzim yang dapat menghidrolisis protein.
  3. Menambahkan asam untuk menurunkan pH sehingga protein terkoagulasi.
Beberapa peneliti telah melakukan penelititan dengan mengunakan berbagai jenis mikroba berbeda untuk memecahkan membran protein pada globula minyak. Mikroorganisme yang dapat digunakan antara lain adalah Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrueckii, Lactobacillus sp., Aerobacter sp., Saccharomyces cereviceae dan Candidi sp.
Alat – alat       :
Parut kelapa
Baskomlastik
Toples tembus pandang
Kain penyaring
Gelas kimia
Gelas ukur
Corong pisah
Statif
Klem
Bahan – bahan          :
Kelapa
Ragi (ragi murni buatan LIPI)
Cara kerja     :
  1. Siapkan 2 kg kelapa parut.
  2. Campur dengan satu liter air, peras dan saring dengan kain penyaring, lalu didiamkan selama 2 jam untuk memisahkan krim dengan skim.
  3. Skim di peroleh, ukur volumenya.
  4. tambahkan ragi dengan perbandingan satu liter krim memerlukan 2 sendok makan ragi.
  5. Ingkubasi selama 2 hari.
  6. Pisahkan minyak, sarig dengan arang aktif.
  7. Masukkan dalam botol pasteurisasi pada 70 oC selama 30 menit dinginkan.













FERMENTASI BUAH
Teori   :
Anggur atau wine adalah suatu minuman beralkohol yang rasanya manis, berbau harum, dan di buat dengan cara fermentasi sari buah anggur oleh suatu mikroorganisme, yaitu ragi (yeast) dari jenis Saccharomyces cereviceae. Wine selain dari sari buah anggur dapat pula dibuat dari sari buah  - buahan yang manis seperti nenas, apel, jeruk, tomat, mangga, pepaya, pisang dan lain – lain. Hasil fermentasi berbau harum, karena mengandung ester dari asam yang berasal dari bah – buahan dengan alkohol.
Prinsip fermentasi anggur    :
Bahan yang akan difermentasikan harus mengandung zat gula ( terasa manis ), penambahan gula di maksudkan untuk menyelaraskan kadar gulanya. Kemudian pada saat difermentasikan pH nya antara 4 – 5 yang dapat di atur dengan penambahan asam atau basa ke dalam botol fermentasi yang mengandung media yang akan di fermentasikan dan telah di campur starter.
Polisakarida (karbohidrat) merupakan komponen yang lebih kompleks dari pada sakarida. Tahap pertama adalah pemecahan dengan menggunakan enzim amilase menjadi komponen disakarida. Secara kimiawi prosesnya dapat ditulis sebagai berikut :
(C6H10O5)n      +          ½ n H2O                            ½ n C12H22O11
Polisakarida                                                              Disakarida
Disakarida di hidrolisis menjadi glukosa, secara kimiawi prosesnya sebagai berikut :
C12H22O11          +          H2O                                   C6H12O6      +          C6H12O6
Sukrosa                                                                 Fruktosa                Glukosa

Terbentuknya glukosa berarti proses pendahuluan telah berakhir dan bahan siap di fermentasikan lebih lanjut. Pada proses fermentasi ini glukosa yang terbentuk akan berubah menjadi alkohol dengan bantuan ragi. Reaksinya dapat di tulis sebagai berikut :
C6H12O6                                            2C2H5OH                     +          2CO2
Glukosa                               Alkohol                           Karbon dioksida
Faktor yang mempegaruhi fermentasi antara lain kadar gula, pH dari bahan yang di fermentasi, temperatur dan ragi.
Alat – alat       :
Pisau dapur
Kain penyaring
Baskom
Toples bertutup
Selang
Gelas kimia
Autoklaf
Sumbat gabus
Selang plastik
Bahan – bahan          :
Buah – buahan
NaHCO3
Asam sitrat
Kertas pH

Cara kerja     :
  1. buah di cuci bersih dan di kupas, lalu dipotong kecil – kecil, tambahkan air sebanyak 40% berat buah, lalu peras dengan enggunakan kain penyaring.
  2. Atur pH pada 4,5. bila kurang dari 4, di tambahkan NaHCO3, bila pH lebih dari 5 di tambahkan laruta asam sitrat.
  3. Sar buah di pasteurisasikan pada suhu 70 – 80 oC selama 30 menit, lalu dinginkan dan secara aseptik dipindahkan ke dalam botol sermentasi yang bersih dan telah di pasteurisasi.
  4. Tambahkan ragi roti sebanyak 1 gram tiap liter sari buah.
  5. Botol ditutup dengan sumbat gabus yang di tengahnya dimasukkan selang karet.
  6. Ujung selang dimasukkan ke dalam air. Fermentasi berlangsung bila timbul gas CO2 terlihat dalam air berupa gelembung udara. Selama gula masih ada, meka fermentasi akan berlangsung terus. Fermentasikan selama 14 hari.










NATA DE COCO
Teori   :
Nata de Coco adalah jenis makanan penyegar atau pencuci mulut (foot desert) yang telah lama populer di Filipina. Jenis makanan ini dapat di pakai sebagai bahan pengisi es krim, yoghurt, pencampur “fruit cocktail” dan sebagainya. Nata de Coco juga dapat di golongkan ada “dietary fiber” yang memeberikan andil cukup berarti dalam keangsunga proses fisiologi secara normal. Sebenarnya Nata adalah “bacterial celulosa” atau selulosa sitesis yaitu hasil sintesis dari gula oleh bakteri Acetobacter xylinum membentuk nata. Acetobacter xylinum adalah bakteri asam asetat, bersifat aerob, garam negativ, berbentuk batang pendek beberapa sentimeter. Bakteri itu sendiri terperangkap dalam masa fibriler yang di buatnya. Untuk mendapatkan massa yang kokoh dan kenyal, tebal, putih, dan tembus pandang, maka dalam pembuatannya perlu di perhatikan suhu inkubasi, komposisi, dan pH medium. Air kelapa merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, karena mengandung bahan – bahan seperti gula, senyawa nitrogen, vitamin dan mineral. Suhu media yang baik sekitar 28 – 30 oC, lamanya inkubasi 12 – 15 hari. Selama pemeraman bakteri Acetobacter xylinum memenfaatkan gula sebagai sumber energi. Sebagian gula di sintesis menjadi selulosa atau Nata de Coco seperti yang di harapkan, dan sebagian lagi menjadi asam asetat sehingga pH turun sampai 3,0 - 2,5. Pada pH ini Acetobacter xylinum unggul terhadap bakteri lain , terutama terahadap bakteri pembusuk yang dapat mengganggu pambetuksn nata. Tetapi sifat “over oxider” bakteri ini mengakibatkan asam asetat di ubah menjadi gas CO2 dan air, sehingga kadar asam dalam media berkurang. Peristiwa ini terjadi bila gua dalam media telah habis di metabolisir. Oleh karena itu, inkubasi yang terlalu lama cenderung mengundang kontaminasi.
Alat – alat       :
Talang pelastik
Panci
Ember plastik
Pengaduk dari kayu
Gelas ukur
Pisau stainless
Neraca
Telenan
Kain penyaring
Kertas pH
Bahan – bahan          :
Air kelapa
Gula pasir
Asam asetat glacial
Kultur murni Acetobacter xylinum (dalam tabung reaksi) atau bibit cair siap pakai
Pupuk ZA
Cara kerja     :
Pembuatan bibit cair:
  1. Air kelapa 10 Liter, lebih dahulu saring.
  2. Didihkan selama 10 menit, buang busanya.
  3. Tambahkan gula pasir sebanyak 350 gram.
  4. Dinginkan sampai suhu kamar.
  5. Tambahkan : pupuk ZA sebanyak 20 gram, asam asetat glacial, sambil di aduk homogen hingga pH mencapai 4,5 (sekitar 50 – 70 ml).
  6. tambahkan kultur murni sebanyak satu tabung agar miring, yang berumur 2 – 3 hari.
  7. Masukkan ke dalam botol yang telah di pasteurisasi, untuk disimpan volume cukup ¾ isi, untuk langsung di gunakan isi sampai 2-3 cm dari tutup botol.
  8. tutup dengan kertas koran, inkubasi selama 2-3 hari.
  9. Siap du gunakan sebagai bibit cair.
Cara pembuatan Nata de coco
  1. Saring kelapa sebanyak 10 L.
  2. Masak sampai mendidih selama 10 menit, jika timbul busa, buang busanya.
  3. Tambahkan gula pasir sebanyak 350 gram, aduk hingga rata.
  4. Donginkan pada suhu kamar.
  5. Tambahkan pupuk ZA sebanyak20 gram, asam asetat galacial sampai pH 4,5 aduk hingga rata.
  6. Tambahkan bibit cair secara hati – hati dan aduk sampai homogen.
  7. Distribusikan di talang dengan tinggi permukaan 3 – 4 cm.
  8. Tutup dengan kertas koran bersih, fermentasikan pada suhu kamar selama 6 – 8 hari.




PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH ASPERGILUS NIGER L-51 MENGGUNAKAN MEDIA MOLASE
Teori   :
Asam sitrat adalah suatu asam trikarboksilat, digunakan dalam industri farmasi, makanan dan minuman sebagai “acidifying and flavour agent”. Asam sitrat di produksi dari beet dan molase dengan cara fermentasi menggunakan Aspergillus niger L-51.
Alat – alat       :
Gelas kimia
Erlemeyer
Pengaduk
Hot plate
Spatula
Labu semprot
Corong
Autoklaf
Shaker inkubator
Bahan – bahan          :
Aluminium foil
Kasa
Kapas
Benang
Aquadest
Molase
NH4NO3 0,2%
Ferrosianida 200 ppm
NaOH
HCl
Kultur murni Aspergillus niger L-51
Sentrifuge
Cara kerja     :
Pengolahan (treatmen) Molase
  1. sebanyak 1 liter Moase (62 %) di tambahkan 35 ml H2SO4 1N lalu dididihkan selama ½ jam, dinginkan, netralkan dengan CaO (lime water) dan di diamkan semalam. Cairan jernih di encerkan hingga konsentrasi gula 15 %.
  2. Sebanyak 100 ml Molase steril di tambahkan dengan 1 ml suspensi konidia Aspergillus niger, lalu di inkubasi goyang pada suhu 30 oC dengan kecepatan 200 rpm selama 24 jam.
  3. Sebanyak 5% v/v inokulum dipindahkan ke dalam media produksi steril (Molase, NH4NO3 0,2% dan ferrosianida 200 ppm) lalu di inkubasi goyang pada suhu 30oC dengan kecepatan 200 rpm selama 144 jam.
  4. Sel dipisahkan dengan sentrifugasi dan kandungan asam sitrat dalam cairan fermentasi di tentukan dengan metode pyridine asetat anhidrida (Marrier and Boulet, 1958)
Analisa produk
  1. Gula sisa.
  2. pH
  3. Asam sitrat, yield asam sitrat = gram asam asetat/100 gram glukosa.
PRODUKSI DAN UJI ENZIM a- AMILASE
Teori   :
Enzim adalah substansi (protein) yang dihasilkan oleh sel – sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Enzim a-Amilase termasuk salah satu jenis enzim yang banyak di gunakan dalam industri. Hidrolisis pati oleh enzim a-Amilase menghasilkan campuran glukosa, maltosa dan dekstrin. Sumber a-Amilase beragam mulai dari tanaman, jaringan mamalia, bahkan mikroorganisme. Enzim a-Amilase dari Malt merupakan salah satu contoh jenis yang di hasilkan dari tanaman, dari mamalia dapat di hasilka enzim ini dari ludah dan pancreas. Sumber a-Amilase yang paling potensial adalah mikroorganisme seperti bakteri (Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis), enzim a-Amilase dari kapang (Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae) dan a-Amilase dari Ragi (Endomycosis fibuligera).
Alat – alat       :
Erlemeyer
Autoklaf
Sentrifuge
pH meter
Kawat ose
Tabung reaksi
Shaker inkubator
Laminer air flow / kotak steril
Gelas kimia
Hot plate
Pengaduk
Spatula
Bahan – bahan          :
Agar bakto
Kapas
Aluminium foil
NaOH
KH2PO4
KI
Pati larut
Iodin
Ekstrak ragi
Aquadest

Cara kerja     :
1.       Peremajaan Endomycopsis fibuligera di buat berdasarkan praktikum teknik peremajaan.
2.       Penyiapan inokulum aktif Endomycopsis fibuligera.
3.       Media steril dengan komposisi KH2PO4 0,1 gram, ekstrak ragi 1 gram, dan tepung sagu 0,5 gram dalam erlemeyer di kultivikasi dengan ragi menggunakan jarum ose, kemudian di shaker pada suhu kamar selama 48 jam.

4.       Produksi enzim a-Amilase
Kedalam erlemeyer 250 ml yang berisi 100 ml media Produksi steril dengan komposisi KH2PO4 0,1 gram, ekstrak ragi 1 gram, pati sagu 1 gram, di kultivikasi dengan 10 ml inokulum aktif kemudian di kocok dengan shaker inkubator pada suhu kamar selama 72 jam. Media fermentasi di pisahkan dari sel dengan cara di sentrifugasi pada kecepatan 5000rpm. Supernatan di ambil dan di tentukan aktivitas enzim a-Amilase.
Uji aktivitas a-Amilase menggunakan metode spektrofotometri (Fiscesor et.al,1954) sebagai berikut : 0,25 ml cairan hasil fermentasi tepung sagu bebas sel di masukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,25 ml pati larut 1%, diinkubasi  selama 15 menit pada suhu 50 oC. Setelah inkubasi, di tambahkan 0,25 ml HCl 1 N, 0,25 ml KI 2% dan 1 ml air suling. Prosedur untuk kotrol adalah sebagai berikut : 0,25 ml cairan hasil fermentasi  di masukkan ke dalam tabung reaksi lalu di tambahkan 0,25 ml HCl 1N dan 0,25 ml pati larut 1%, di  KI  2% dan 1ml aquades. Serapan warna dari control dan sample diukur pada l600 nm.
Aktivitas enzim dihitung dengan rumus :
Dp
Keterangan :