Selasa, 23 Agustus 2011

Pengalaman KEMATIAN

oleh Ahmad Nurhad
A’udzubillahi minassysyaithaani rrajiim, bismillahirrahmanirrahiim.. segala puji hanya milik Allah, tak ada lagi yang memiliki selain diri-Nya, meskipun pujian hari ini tertebar dimana-mana, penulis tau dan menyadari betul akan kekuasaan Allah, akan kehebatan-Nya, kegagahan-Nya, kasih sayang-Nya, danbegitu mulia dan tanpa cela-Nya duhai Dzat Penggenggam semesta alam ini. Bahkan hingga tak sanggup terlukiskan dan tergambarkan setiap detilnya keAgungan Yang Dia miliki. Bahwa diri ini sungguh tak ada apa-apanya, apalagi mengingat bahwa nyawa ini dalam Kuasa-Nya, penulis tidak ingin beretorika, namun sungguh bahwa setiap diri dalam kuasa-Nya itu adalah kebenaran yang sangat sering kita abaikan. Kita hamper tidak menyadari bahwa kita sama sekali tidak memiliki kuasa sedikit pun saat kita menghadapi kematian. Shalawat serta salam semoga tercurah dan terlimpah kepada jungjunan, pemimpin kita, nabi kita, seorang yang kita cintai dengan sebenar-benarnya cinta setelah cinta kepada Allah, yaitu Sang Kekasih Allah, Muhammad SAW. Bahwa karena beliau lah kita bisa menemukan pedoman yang sempurna, tujuan hidup yang memang jelas arahnya., dan pegangan hidup yang memang terasa nyaman jika dijalani, karena itu sudah sangat disesuaikan oleh Allah dengan fisiologis tubuh maupun mental manusia yang telah Dia rancang ini.





Hari ini penulis mengalami pengalaman spiritual yang takkan pernah penulis lupakan seumur hidup penulis, yang telah mengubah cara pandang penulis, mengubah pola pemikiran penulis dalam waktu sekejap saja, penulis baru saja bermimpi tentang pengalaman dicabut nyawa. Ya penulis bermmimpi tentang kematian penulis pribadi.



Perlu diketahui bahwa dalam penulisan ini, penulis masih merasakan shock yang amat sangat, dan Wallahi, penulis hanya ingin berbagi dengan Anda semua mengenai pengalaman ini. Karena penulis tahu bahwa pengalaman ini tidak semua orang bisa mengalaminya.



Saya akan mulai cerita ini dari jalan cerita mimpi tersebut. Sesungguhnya mimpi tersebut tidaklah lama, benar-benar hanya sebentar saja. Yang masih terpatri dalam benak penulis adalah ingatan bahwa penulis bermimpi tentang kehidupan seseorang yang sangat tua dan sudah sangat dekat ajalnya. Nah,setelah itu beliau berinteraksi dengan penulis pribadi. Selanjutnya penulis tidak ingat seperti apa cerita detailnya, namun yang paling teringat adalah entah mengapa tiba-tiba ada dalam bayangan penulis bahwa penulislah yang mengalami kematian itu, dalam penglihatan saya di sana saya melihat selaku saya pribadi secara langsunglah yang melihat (dalam sudut pandang pemeran utama). Yang penulis rasakan adalah penulis pasrah dalam menghadapi kematian itu, kemudian yang penulis rasakan adalah dicabutnya nyawa sedikit demi sedikit, perlahan-lahan hingga penulis terjengkang ke belakang dan penulis merasa jatuh dengan posisi kepala berada di bawah namun menghadap ke atas, dan kaki berada lebih tinggi daripada kepala. Kemudian penulis menyadari bahwa didepan penulis adalah kematian. Karena sadar akan hal ini, penulis kemudian secara reflex mengucapkan Asyhadu anlaa ilaaha illallah. Saat pengucapan ini penulis terjatuh, dan merasakan tercabutnya nyawa penulis, penulis merasakan rasa melayang, shock, dan perasaan kehilangan control terhadap tubuh (seperti dalam kondisi deepening dalam hypnosis dan kita memberikan control secara penuh terhadap sub-conscious kita). Lama kelamaan pandangan penulis mulai kabur, nafas makin tersengal, semua tubuh terasa lemas. Kemudian setelah itu terucaplah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah. Setelah itu, penglihatan benar-benar gelap, dan smuanya total terputus dari raga. (mungkin tak ada yang bisa melukiskan perasaan ini). Namun yang penulis sadari bahwa ketika akhir pengucapan kalimat syahadat barusan, ada perasaan puas yang tak terhingga yang membuat bibir penulis tersenyum secara otomatis. Namun, tetap ada selintas pikiran yang mengatakan : andai aku tidak melakukan dosa-dosa kemarin, andai aku menyelasaikan amanah-amanahku yang terbengkalai, meskipun penulis puas dengan khusnul khatimah, namun, ada perasaan yang tidak puas terhadap hasil kehidupan di dunia yang banyak cela. Perasaan ini penulis analogikan seperti kita mendapatkan transkrip nilai dari dosen dan tak ada ujian ulang dengan nilai C. cukup, namun terasa kurang. Padahal penulis sadar penulis masih bisa melakukan pekerjaan dan urusan di dunia lebih baik dari ini. Namun sudah terlanjur tercabut nyawa. Kemudian terasalah perasaan menyesal.





Setelah itu, penulis terbangun dari tidurnya diselingi dengan alarm hp yang berbunyi nyaring. Sungguh setelah bangun, penulis merasakan perasaan yang kaget. Shock, pnulis hamper-hampir tak bisa mengendalikan diri. Karena mimpi tadi seolah seperti nyata. Benar-benar terasa nyata. Kemudian penulis shalat shubuh. Setelah selesai shalat, entah mengapa badan ini terasa murung, dan enggan untuk bergerak sebelum berdoa dulu kepada Allah.



Penulis merasakan ketakutan yang amat sangat, seolah-olah disekeliling penulis ada yang mengawasi, bahkan sampai sekarang pun saat menulis ini, ada yang lewat dan penulis masih terkaget-kaget. Perasaan shock meliputi seluruh tubuh penulis. Perasaan selanjutnya adalah perasaan menyesal yang tiada tara. Penulis merasakan penyesalan yang paling dalam. Setelah mengingat apa saja yang telah penulis perbuat selama kehidupan ini. Mengingat orang-orang yang terdzalimi, kesalahan-kesalahan, dosa-dosa yang selalu diperbuat, amanah dan tanggung jawab yang terbengkalai, dan yang paling terasa menyesal adalah jika mati namun belum sempat menjadi hafizh qur’an. Smuanya begitu nyata. Bahwa penulis merasa kesepian, penulis makin yakin dengan perasaan tadi. Bahwa Allah Maha Menggenggam jiwa. Penulis merasa ketakutan yang amat sangat kepada Allah, bahwa Dialah yang paling berhak untuk ditakuti, bahwa penulis sangat kecil, dan tak bisa berdaya sedikit pun untuk melakukan apa-apa dihadapan Allah.





Hikmah yang penulis rasakan setelah mengalami mimpi tadi, adalah penulis merasa bahwa Allah sangat menyayangi pribadi penulis selaku hamba-Nya. Rasanya Allah sedang rindu kepada penulis, ingin penulis melakukan taubat yang sebenar-benarnya taubat. Allah saying kepada penulis, karena penulis sadar bahwa tidak semua orang yang doberikan mimpi seperti ini. Penulis sangat bersyukur kepada Allah masih diberikan kesempatan hidup, untuk memperbaiki seluruh hidup penulis. Yang mungkin kita semua tidak mengetahui kapan kita akan dicabut dari raga ini. Namun, penulis sadar betul bahwa jika memang kejadian kematian tadi adalah nyata, maka kita tidak akan pernah diberikan kesempatan untuk mengoreksi semua hal yang ada di hidup kita. Bahwa setelah mati, meski kita memohon dan berdoa kepada Allah sekuat tenaga, meski kita menangis hingga mengeluarkan darah, Allah takkan pernah memberikan kesempatan lagi untuk kita. Maka sekali lagi penulis bersyukur, Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Penulis bisa menyadari semua kesalahan penulis masih bisa diperbaiki mulai detik ini.





Ya Allah biarkan perasaan ini selalu terkenang di setiap waktu, biarkan perasaan menyesal ini terus menghinggapiku, biarkan perasaan ketakutan ini selalu ada dalam setiap langkah hidupku, supaya hamba-Mu ini selalu hati-hati dalam melangkah dalam kehidupan. Dan tempelkanlah perasaan kuatir ini selalu dalam dada hamba-Mu sehingga hamba senantiasa melakukan yang terbaik dalam kehidupan ini hanya untuk dan karena Mu. Berikanlah ikhlas kepada hamba, dan jikalau hamba harus mati, hamba ingin dosa-dosa hamba terhapuskan seluruhmya. Hamba ingin syahid, hamba menginginkan sebenar-benarnya syahid. Supaya kelak saat hamba bertemu dengan-Mu, hamba bisa bangga atas raport kehidupan yang telah hamba Jalani..





Semoga tulisan ini bermanfaat, dan kita semua bisa mendapatkan ibrah dari tulisan ini. Dan semoga setiap kali penulis akan melakukan suatu perbuatan, penulis bisa mengingat kejadian ini. sehingga penulis bisa menjalani takdir terbaik dalam kehidupan penulis.





Billahitaufiq fisabilhaq. Wallahu ‘alam bishshawab

Pondok thoriq, 23 April 2011



tolong tag teman yang lain ya..
Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar